Fakultas Psikologi Universitas Pancasila
menyelenggarakan Temu Ilmiah Nasional (TIN) 2025 (5/11/2025), forum akademik
yang mempertemukan peneliti, praktisi pendidikan, dan mahasiswa dari berbagai
daerah. Tahun ini, TIN mengangkat tema “Peran Psikologi dan Pendidikan dalam
Memperkuat Pembangunan Sumber Daya Manusia Indonesia.” Tema ini menegaskan
bahwa pembangunan SDM tidak hanya berfokus pada capaian akademik, tetapi juga
kesehatan mental, karakter, dan lingkungan belajar yang humanis.
Ketua Pelaksana TIN 2025, Andi Tenri Faradiba,
M.Si., M.Psi., Psikolog, menekankan bahwa psikologi dan pendidikan merupakan
fondasi pembentukan manusia sejak dini. “SDM tidak dibangun hanya melalui
kebijakan, tetapi melalui relasi belajar yang aman, etis, dan menghargai nilai
kemanusiaan. TIN menjadi ruang untuk memastikan ilmu psikologi dan pendidikan
benar-benar berdampak bagi masyarakat,” jelasnya. Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Pancasila, Prof. Dr. Awaluddin Tjalla, M.Pd., menambahkan bahwa TIN
2025 merupakan bagian dari komitmen perguruan tinggi dalam memperkuat
kontribusi keilmuan di ruang publik. “Hasil riset tidak boleh berhenti di ruang
akademik. Ia harus kembali ke masyarakat melalui layanan pendidikan dan
kemitraan lintas lembaga,” ujar beliau.
TIN 2025 diikuti oleh 109 peserta, menunjukkan
tingginya perhatian terhadap isu kesehatan mental, kesenjangan akses
pendidikan, serta kesejahteraan tenaga pendidik di tengah transformasi digital.
Tiga pembicara kunci memberikan perspektif strategis mengenai pembangunan SDM
Indonesia:
Prof.
Dr. med. Setiawan, dr. (Plt. Sesditjendikti) menekankan transformasi pendidikan
tinggi digital yang tetap menjaga nilai kemanusiaan. Digitalisasi, menurutnya,
akan efektif bila mempertimbangkan kondisi psikologis mahasiswa maupun
pendidik. Nisa Felicia, S.Pd., M.Ed., Ph.D. (PSPK) menyoroti pentingnya
konsistensi arah kebijakan pendidikan nasional yang saat ini bergerak antara
meritokrasi dan hak dasar warga negara. Prof. Dian Ratna Sawitri, S.Psi.,
M.Si., Ph.D. (UNDIP) menegaskan perlunya resiliensi dan learning agility bagi
generasi muda untuk menghadapi disrupsi teknologi dan pasar kerja yang dinamis.Resiliensi
menuntut kemampuan beradaptasi, kolaborasi, pemecahan masalah, dan kesiapan
belajar sepanjang hayat.
Diskusi-diskusi dalam TIN 2025 menegaskan
kembali peran perguruan tinggi sebagai penghasil pengetahuan yang harus
berdampak. Psikologi dan pendidikan dilihat sebagai aktor penting dalam
membentuk SDM yang kompeten sekaligus sejahtera secara mental. Melalui
kolaborasi yang terbentuk, TIN 2025 diharapkan menghasilkan riset terapan,
kemitraan institusional, program peningkatan kapasitas pendidik, serta layanan
psikologis yang lebih inklusif dan merata. Hal ini menjadi langkah konkret
Fakultas Psikologi Universitas Pancasila untuk memastikan perguruan tinggi
berperan aktif dalam pembangunan manusia Indonesia. TIN 2025 menjadi pengingat
bahwa pembangunan bangsa berangkat dari pemahaman mendalam tentang manusia itu
sendiri: pikirannya, emosinya, hubungannya, dan ruang tempat ia belajar dan
tumbuh.


