Pemerintah Indonesia sedang menghadapi isu tentang pelaksanaan referendum untuk penentuan nasib sendiri oleh Papua. Saat ini pemerintah sudah bekerja keras untuk meredakan situasi yang memanas, namun kita juga melihat terus bergulirnya berbagai tindakan yang bertujuan untuk memprovokasi dan membahayakan persatuan bangsa. Universitas Pancasila (UP) merasa memiliki kewajiban untuk mengingatkan seluruh masyarakat untuk pentingnya menjaga keutuhan NKRI. Prof. Dr. Eddy Pratomo, S.H., M.A. yang saat ini adalah Guru Besar Hukum Internasional dan juga Kepala Lembaga Hubungan dan Kerjasama Internasional Universitas Pancasila (LHKI-UP), menegaskan bahwa hukum internasional tidak memperkenankan referendum untuk menentukan nasib sendiri bagi wilayah yang sudah merdeka. Referendum bagi penentuan nasib sendiri hanya diperkenankan dalam konteks kolonialisme dan ini sudah dilakukan oleh Papua bersama seluruh wilayah NKRI lainnya pada tanggal 17 Agustus 1945. Adanya keinginan untuk referendum bagi Papua bukan lagi termasuk penentuan nasib sendiri, tetapi masuk dalam kategori separatisme.
Universitas Pancasila (UP) memiliki tanggung jawab untuk menyebarkan pemahaman ini agar masyarakat tidak terpengaruh dengan opini yang sengaja dibuat untuk memecah belah NKRI. Rektor Universitas Pancasila, Prof. Dr. Wahono Sumaryono, Apt. mengatakan bahwa Universitas memegang peranan penting melalui pendidikan untuk dapat menumbuhkan rasa cinta kepada tanah air. Perlu dibanguan karakter mahasiswa yang Nasionalis dan Pancasilais. Di UP melalui Pusat Studi Pancasila (PSP) diadakan berbagai kajian dan pengembangan metode perkuliahan yang sesuai dengan dinamika generasi saat ini.
Pusat Studi Pancasila (PSP) merancang berbagai kegiatan yang dapat memfasilitasi hal tersebut. Dr. Hendra Nurtjhajo, SH.,M.Hum, selaku Ketua PSP UP menyampaikan misalnya untuk menarik minat mahasiswa dibuatlah video dengan mengangkat tema “Pancasila dalam pandangan wong cilik” yaitu bagaimana pendapat mereka yang berprofesi sebagai pemetik teh, bakul jamu, tukang sampah dll dalam memaknai Pancasila. Selain itu PSP juga mengadakan kegiatan Workshop Pancasila Character Building untuk para mahasiswa, dan berbagai diskusi ilmiah. Saat ini PSP-UP sedang mengembangkan instrumen Pengukuran indeks Pancasila. Harapan dari pendidikan Pancasila yang dikembangkan di UP adalah selain mahasiswa dapat menerapkan pada kehidupan sehari-harinya, juga untuk mencegah benih-benih gerakan dan isu-isu radikalisme maupun separatisme agar tidak mendapat tempat dikalangan generasi muda.
Menutup dialog hari ini, Prof. Wahono Sumaryono mengucapkan terima kasih kepada para rekan media yang telah membantu penyebaran informasi, sehingga dapat meluruskan pandangan masyarakat terhadap isu separatisme. Rektor juga menghimbau agar seluruh sivitas akademika Universitas Pancasila khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya untuk tidak terpancing dengan isu-isu separatisme, tidak menumbuhkan prasangka antar golongan dan meletakkan kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi dan golongan.
Â
Humas Universitas Pancasila